" Tempat ini indah banget, dulu aku pernah kesini sama papah.. kata dia tempat ini dulu waktu pertama kenal sama mamah. Aku cuma bilang oh doang waktu itu.. tapi, sekarang aku sadar waktu itu papah sedang mengenang masa indahnya sama mamah. Ini juga akan jadi kenangan buat aku, entah nantinya akan bersama atau nggak yang pasti hari ini aku merasa bahagia sama kamu. " kata seorang cewek pada pacarnya yang saat itu sedang duduk berdua melihat keindahan sebuah danau didepan mereka.
" Aku mengerti ini begitu indah buat kamu dan begitu membuat bahagia hati kamu. Aku jujur merasa bersalah sama kamu, pemandangan ini terlihat seperti biasa saja.. ini tidak terlalu indah dan mungkin suatu hari aku akan lupa bahwa kita pernah disini. Aku mohon maaf sama kamu karena aku pernah mengajak beberapa teman istimewaku kesini sebelumnya karena aku suka tempat ini. Aku gak bisa maksain perasaan atau kata-kata bahwa ini begitu indah buat aku karena keindahan seperti ini juga sering aku dapat sebelumnya." kata si cowok
" Kamu koq gitu si ngomongnya..!!? Gak ngehargain perasaan aku? Kamu gak ngerasa aku itu spesial.. mending udahan aja ya? ! " kata ceweknya dengan nada tinggi.
" Aku hanya ingin jujur sama kamu, aku bukan orang yang bisa memaksakan harus senyum saat gak bisa senyum.. aku gak mau yang kamu dapat adalah kepura-puraan. Aku sayang sama kamu dan rasa sayang ini yang pertama buat kamu. " Kata si cowok menegaskan.
" udah ah, aku pulang aja.. pemandangannya jadi gak indah lagi. " sembari beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan pacarnya.
" Sayang... tunggu dulu, maaf'in aku. kita bareng pulangnya. " kata cowoknya.
Namun tawaran itupun tak lagi di dengar, ia memilih untuk pulang dengan kendaraan umum.
Bukan pertama kali keadaan itu terjadi pada si cowok namun dengan pasangannya yang saat ini adalah yang pertama kalinya.
" Aku merasa dia yang terbaik, aku mau berubah, tapi dia harus tahu masa laluku seperti apa. Ya.. mungkin ini akan berat. " gumamnya dalam hati.
Berdiri di depan pintu rumah si cewek, rupanya si cowok berusaha untuk menepati janji pada orang tuanya untuk kembali mengantar putrinya pulang. Walau dia sadar makian ortunya yang bisa saja dia terima karena tak pulang bersama.
" Assalamualaikum..... " ucap si cowok
" Wa'alaikumsalam " terdengar sahutan salam dari balik pintu.
Tak lama pintu terbuka dan rupanya ibunya yang membukakan pintu.
" Eh nak Gian rupanya... mana Tary.. ? " sambil mengarahkan pandangannya ke setiap sudut luar rumah.
" Saya sendiri bu, saya mohon maaf tidak mengantarkan Tary pulang.. dia tadi memilih pulang sendiri. " kata si cowok yang namanya Gian itu.
" Kok bisa begitu nak Gian.? Kenapa Tary gak mau bareng pulang sama kamu. Tadi ibu kan bilang Tary anter lagi pulangnya..! " kata ibunya sedikit kesal.
" maafkan saya bu, tadi kami sedikit berbeda faham.. Tary pergi sebelum saya memberi penjelasan " ucap Gian.
" Tapi kan nak Gian harusnya ngejar dia.. Tary itu jarang pergi sendirian. Ibu takut terjadi apa-apa dengan Tary " kata ibunya dengan wajah gelisah.
" Saya kesini tadi bermaksud memastikan Tary sudah pulang atau belum selain untuk meminta maaf pada ibu. Kalau begitu saya mohon diri ya bu.. saya cari Tary. Nanti saya kesini lagi. Assalamualaikum... " Gian menutup pembicaraan
" Wa'alaikumsalam " jawab ibunya pendek.
Gian memang belum begitu mengenal jauh Tary karena hubungannya baru dalam hitungan bulan. Dengan segera dia menelusuri rute antara rumah dan tempat mereka berdua sebelumnya. Tary selalu tidak mau membawa alat komunikasinya saat jalan bersama Gian, dan itu yang membuat Gian sulit untuk menghubunginya. Sepanjang trotoar membentang di kiri dan kanan jalan tak luput dari penglihatannya. Dalam hati ada sedikit kecemasan yang hadir karena ibunya berkata Tary jarang pergi sendirian. Namun dalam benaknya pun ada pertanyaan bagaimana mungkin Tary bisa kesasar sementara ia gadis remaja yang juga pernah mengenyam pendidikan yang sama dengannya.
" Tary mungkin anak yang paling disayang dikeluarga. Padahal jarak rumah ke danau gak terlalu jauh, masih bikin ibunya khawatir, haha...Tary...Tary... kamu emang istimewa. " ucap Gian dalam hatinya sambil sedikit tersenyum.
Namun sampai di tempat mereka berdua tadi Gian tak menemukan kekasihnya itu, dia memutuskan untuk kembali lagi ke rumah Tary melewati jalan berbeda. Sampai di halaman rumahnya kembali Gian tak menemukan Tary, dan pada akhirnya Gian kembali mengetuk pintu rumahnya.
" Ya, nak Gian.. Tary sudah pulang barusan tapi dia tidak mau diganggu dulu. Silahkan duduk dulu... " sambut ibunya kembali.
" Alhamdulillah.... terima kasih bu, saya tidak lama soalnya sudah sore. Sekali lagi saya mohon maaf sekali sama ibu atas kejadian ini, saya harap ibu masih tetap akan mengizinkan jika nanti saya mengajak Tary jalan. " ucap Gian sambil bersalaman dengan ibunya Tary.
" Ibu sangat sayang sekali sama Tary.. dia anaknya penurut. Ibu tidak suka jika ada yang membuatnya sedih atau marah. Tapi apapun yang membuat Tary bahagia pasti ibu lakukan termasuk jika nanti Tary ingin pergi sama nak Gian, selagi dia suka pasti ibu izinkan. " jawab ibunya.
" Saya akan perbaiki sikap saya pada Tary, mudah-mudahan Tary tahu cara saya membahagiakannya. Titip salam saya pada Tary ya Bu.. " ucap Gian.
" Baik nak Gian nanti ibu sampaikan. Hati-hati dijalan ya. " tutup ibunya.
Gian menyempatkan diri untuk memainkan jari jemarinya sebagai perhatiannya untuk Tary.
" Sayang... aku udah buat kesal kamu tadi, tapi jika kamu mengerti, akulah yang paling kesal sama diriku sendiri. Besok aku kesini lagi.. aku sayang kamu. " pesan pendek yang dia kirim untuk Tary sebelum ia beranjak menjauh dari halaman rumah Tary.
Tak ada balasan apapun yang membuat ponsel Gian berbunyi. Selama perjalanan cintanya memang Gian merasa berbeda ketika bersama Tary, saat pendekatan Tary tidak merespon positif maksud dari Gian. Tidak dengan beberapa mantannya dulu yang secara terbuka memang lebih dulu menyukai Gian. Namun pada saat dijalani, Tary lebih asik untuk di ajak ngobrol dan memang dia selalu menjaga perasaan Gian terutama saat Tary sedang bersama teman-teman cowoknya.
Hari berikutnya Gian kembali berkunjung seperti janjinya pada Tary.
" Sayang.. aku udah di depan pintu rumah nih, bukain dong pintunya.. " melalui sms Gian memberi tahu Tary bahwa ia sudah di depan rumah.
Tak lama ponsel Gian berbunyi dan itu balasan smsnya Tary.
" kamu sudah lupa caranya masuk rumah aku ? "
Gian terdiam sejenak. " Apa yang aku lupa ya, ? " setelah sebentar berfikir barulah ia ingat dengan ucapan salam yang lupa di ucap.
" Assalamualaikum... Tary " sambil mengetuk pintu.
Pintu akhirnya terbuka dan berdiri sosok gadis yang dicintai Gian menyambutnya.
" Wa'alaikumsalam .. " jawab Tary.
Gian mulai membuka pembicaraan setelah duduk di kursi ruang tamu.
" Tary.. aku senang kamu masih mau menerima aku berkunjung. Semalam aku mikirin kamu, aku takut kamu gak mau bertemu lagi denganku. Maafkan aku kemarin ya?! "
" Kamu gak perlu minta maaf, jika apa yang kamu bilang kemarin adalah kejujuran, aku hargai itu.. kejujuran gak salah koq " jawab Tary
" Ya Tary, aku mau mulai kejujuran dari awal karena sebelumnya kejujuranku berada di akhir. Aku tak mau kamu kecewa belakangan, aku coba untuk membuka cerita tentang siapa aku agar kamu bisa mengenalku lebih mudah. " jelas Gian
" Aku berharap begitu, walau mungkin aku akan menerima lagi kejujuran yang gak nyenengin hati dari kamu. " ungkap Tary
" Terima kasih pengertiannya ya sayang.. tapi aku kemarin kesulitan mencari kamu saat kamu pulang duluan, nanti bawa ponsel aja ya kalo kita jalan. " kata Gian
" Aku sengaja gak bawa hp kalau jalan sama kamu. Alat itu mengganggu waktu kita yang terbatas " tolak Tary
" itu mudah kok, tinggal di silent atau di non aktifkan aja udah selesai " Gian meneruskan
" Masalahnya bukan itu ada beberapa orang yang coba ambil perhatianku lewat sms, telpon juga messenger. Kamu pasti gak nyaman dengan itu. " jelas Tary
" Lalu sikap kamu bagaimana sama mereka? " tanya Gian
" Aku tak pernah respon mereka seperti saat kamu dekati aku dulu " jawab Tary
" Kamu belum temukan solusinya? " tanyanya lagi
" Sepertinya untuk mengganti nomorpun percuma. Selama seseorang masih sendiri, peluang orang lain untuk dekat masih mungkin. Aku harap kepercayaanmu akan selalu ada untukku jika memang kamu sayang aku. Aku akan menjaga hubungan ini semampuku. " jelas Tary
" Jadi yang kamu maksudkan kita harus segera menikah, agar itu semua bisa berakhir? " tanya Gian
" Pernikahan dengan alasan itu terdengar kurang pas. Aku tak mau menuntut kamu apa-apa, aku hanya ingin kamu apa adanya dengan kejujuran yang kamu niatkan. Jika kita pada akhirnya akan berjodoh ya kita pasti nikah. " jawab Tary
" Hubungan ini jelas ingin ku lanjutkan ke pernikahan.. tapi seperti kejadian kemarin itu sepertinya kita memang masih harus saling mengenal. " kata Gian
" Aku hargai niat baik kamu, udahlah jangan terlalu difikirkan.. aku juga masih harus belajar masak sama mama. " ucap Tary sembari tersenyum
Ternyata cinta yang baik selalu menghadirkan bayang pernikahan dengan pasangannya. Gian mengerti akan maksud Tary meski dalam bentuk kalimat yang samar. Tary memang cantik dan baik, sudah pasti banyak cowok yang mau dekat dan bahkan menikah dengannya. Gian pada akhirnya mengerti apa yang sedang dihadapi kekasihnya itu, dengan niatnya ingin berubah. Gian berniat untuk segera mengganti lembaran hidupnya dengan yang baru bersama Tary, kekasih kesekian kalinya yang pertama kali ia sayangi dengan tulus.
No comments:
Post a Comment